Kateter adalah salah satu instrumen medis yang sangat penting dalam berbagai prosedur klinis, terutama untuk mengeluarkan urine, memantau tekanan darah, atau memberikan cairan intravena. Penggunaan kateter sangat umum dalam praktik medis, sehingga memahami fungsi, jenis, dan cara penggunaannya menjadi pengetahuan dasar yang wajib bagi mahasiswa kedokteran dan dokter muda.

Apa Itu Kateter dan Fungsinya?

Kateter adalah tabung tipis dan fleksibel yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk berbagai tujuan medis. Fungsinya meliputi:

  1. Mengeluarkan Urine: Digunakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan urine secara mandiri.
  2. Mengukur Tekanan Darah di Pembuluh Darah Besar: Terutama pada pasien dalam kondisi kritis di unit perawatan intensif.
  3. Pemberian Obat atau Cairan: Kateter memungkinkan pemberian obat langsung ke aliran darah atau organ tubuh.
  4. Prosedur Diagnostik: Beberapa kateter digunakan untuk mengambil sampel atau penyuntikan zat kontras untuk pemindaian.

Jenis-Jenis Kateter

  1. Kateter Foley (Kateter Urin)
    • Fungsi: Digunakan untuk mengalirkan urine pada pasien yang mengalami retensi urine atau tidak sadar.
    • Ciri-ciri: Memiliki balon yang mengembang di ujungnya untuk menahan kateter tetap di tempatnya di dalam kandung kemih.
  2. Kateter Suprapubik
    • Fungsi: Dipasang melalui dinding perut ke kandung kemih untuk mengalirkan urine, sering digunakan pada pasien yang membutuhkan kateter dalam jangka panjang.
    • Ciri-ciri: Menyediakan akses yang lebih nyaman bagi pasien jangka panjang dibandingkan kateter uretra.
  3. Kateter IV (Intravena)
    • Fungsi: Digunakan untuk menginfuskan cairan, obat, atau nutrisi langsung ke dalam aliran darah.
    • Ciri-ciri: Biasanya dimasukkan ke dalam pembuluh darah perifer pada lengan atau tangan.
  4. Kateter Sentral
    • Fungsi: Dimasukkan ke dalam vena besar, seringkali di leher, dada, atau pangkal paha, untuk pemberian obat atau cairan dalam jumlah besar atau untuk pemantauan tekanan darah vena sentral.
    • Ciri-ciri: Dibutuhkan pada pasien di unit perawatan intensif atau pada pasien yang membutuhkan infus jangka panjang.
  5. Kateter Dialisis
    • Fungsi: Digunakan pada pasien yang membutuhkan hemodialisis atau peritoneal dialysis.
    • Ciri-ciri: Dirancang untuk memfasilitasi pertukaran cairan dan pembersihan darah.

Cara Penggunaan Kateter

  1. Persiapan Sterilisasi
    • Sebelum pemasangan, semua instrumen harus disterilkan, dan area kulit yang akan dimasuki kateter juga harus dibersihkan. Penggunaan sarung tangan steril sangat penting untuk mencegah infeksi.
  2. Pemasangan Kateter
    • Kateter Urin: Pada kateter Foley, ujung tabung dimasukkan melalui ureter menuju kandung kemih. Setelah mencapai kandung kemih, balon di ujung kateter diisi dengan air steril untuk menahan kateter di tempatnya.
    • Kateter Intravena: Untuk IV, kateter biasanya dipasang pada vena perifer di lengan atau tangan. Sebuah jarum digunakan untuk memasukkan kateter, lalu jarum dilepas, meninggalkan tabung plastik di dalam pembuluh darah.
    • Kateter Sentral: Biasanya dipandu dengan ultrasonografi untuk memastikan penempatan yang tepat di vena besar.
  3. Perawatan Kateter
    • Setelah kateter terpasang, sangat penting untuk menjaga kebersihannya. Kateter yang dibiarkan terlalu lama tanpa perawatan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau infeksi aliran darah.
    • Kateter urin umumnya perlu dikosongkan dan dibersihkan secara teratur untuk mencegah infeksi. Penggantian kateter dilakukan berdasarkan instruksi medis, tergantung jenis kateter dan kebutuhan pasien.

Kesimpulan

Instrumen kateter memainkan peran vital dalam berbagai prosedur medis, mulai dari pengelolaan cairan hingga pemantauan kondisi pasien. Mengetahui jenis, fungsi, dan teknik penggunaan kateter adalah pengetahuan dasar yang sangat penting bagi para mahasiswa kedokteran dan dokter muda. Dengan keterampilan ini, mereka dapat menangani pasien dengan lebih percaya diri dan aman.

Referensi

  1. McGee, D. C., & Gould, M. K. (2003). Preventing Complications of Central Venous Catheterization. New England Journal of Medicine, 348(12), 1123–1133.
  2. Maki, D. G., Kluger, D. M., & Crnich, C. J. (2006). The Risk of Bloodstream Infection in Adults with Different Intravascular Devices: A Systematic Review of 200 Published Prospective Studies. Mayo Clinic Proceedings, 81(9), 1159–1171.
  3. Saint, S., & Chenoweth, C. E. (2003). Biofilms and catheter-associated urinary tract infections. Infectious Disease Clinics of North America, 17(2), 411–432.

 

Penulis : Andika Chris Ardiansyah
Peninjau : dr.Stellon Salim
#prepareadoctor